"Jadilah Seperti Bintang Sirius, tak pernah padam walaupun energinya terus terpakai. Dia yang paling terang, paling kuat, sinarnya paling cerah sampai bisa menembus kabut"
Aku ingin seperti sirius, ingin seperti sebuah kalimat yang tertulis di atas, dan aku berusaha menjadi sirius!
Pengertian
Sirius adalah bintang paling terang di langit malam, dengan
magnitudo tampak −1.47. Bintang ini terletak di rasi Canis Major dan merupakan
sistem bintang ganda dengan komponen primer bintang deret utama kelas A dan
komponen sekunder sebuah katai putih.
Penampakan

meridian pada tengah malam.
Pada kondisi yang sesuai, Sirius dapat dilihat dengan mata
telanjang saat Matahari masih berada di atas horison. Ketika berada di atas
kepala, bintang ini dapat dilihat pada kondisi cuaca sangat bersih, asalkan
pengamat berada di tempat yang tinggi, dan posisi Matahari cukup rendah.
Etimologi
Nama bintang ini berasal dari bahasa Yunani Σείριος
(Seirios, yang berarti "menyala-nyala" atau "amat panas").
Sebagai bintang paling terang di rasi "Anjing Besar", seringkali
disebut juga sebagai "Bintang Anjing".
Nama Latin untuk bintang ini adalah Canicula ("anjing
kecil") dan dalam bahasa Arab: الشعرى,
aš-šyi‘rā dalam astronomi Islam, dimana nama alternatif Al Shira diturunkan.
Dengan nama aš-šyi‘rā, bintang ini disebut dalam Al-Quran Surah An-Najm ayat
49, yang berbunyi :dan bahwasanya Dialah yang Tuhan (yang memiliki) bintang
syi'ra.

Dalam Bahasa Tionghoa bintang ini dikenal sebagai bintang
serigala langit atau (satu bintang di rasi) Serigala di Langit[5][1]. (Bahasa
Tionghoa dan Jepang: 天狼; Bahasa Korea: 천랑; Romanisasi Tionghoa: Tiānláng;
Romanisasi Jepang: Tenrō; Romanisasi Korea: Cheonlang) dalam Rumah Jǐng (井宿)
(rasi Tionghoa yang merupakan bagian dari rasi Gemini modern), sementara nama
dalam bahasa pasar Jepang untuk bintang ini adalah 青星 (Aoboshi, "bintang
biru").
Sejarah Pengamatan
Berdasarkan perubahan gerak dirinya, pada 1844 Friedrich
Wilhelm Bessel menarik kesimpulan bahwa Sirius kemungkinan memiliki pasangan.
Hampir dua dekade kemudian, pada 1862, Alvan Graham Clark menemukan pasangan
redup tersebut yang kemudian dinamai Sirius B, yang dikenal dengan panggilan
sayang “Sang Anak Anjing”. Komponen yang terlihat saat ini kadang-kadang
disebut sebagai Sirius A.
Astronom-astronom di Observatorium Gunung Wilson menemukan
pada 1915 bahwa Sirius B adalah sebuah katai putih. Diameter Sirius A pertama
kali diukur oleh Robert Hanbury Brown dan Richard Q. Twiss pada 1959 di Jodrell
Bank menggunakan interferometer intensitas mereka.[23] Pada 2005, menggunakan
Hubble Space Telescope, astronom menemukan bahwa diameter Sirius B hampir sama
dengan diameter Bumi, yaitu sekitar 12.000 kilometer, dengan massa 98%
Matahari.
Sistem
Sirius adalah salah satu sistem bintang terdekat dengan Bumi
pada jarak 2,6 parsec atau 8,6 tahun cahaya. Tetangga terdekatnya adalah sistem
bintang Procyon, pada jarak 1,61 parsec atau 5,24 tahun cahaya.

Katai putih tipikal memiliki massa 0.5–0.6 massa matahari.
Dengan massa hampir sama dengan Matahari, Sirus B adalah salah satu katai putih
termasif yang diketahui. Massa tersebut terkandung hanya dalam volume yang
sebanding dengan Bumi. Katai putih hanya terbentuk setelah bintang melewati
tahap deret utama dan raksasa merah. Dua tahap tersebut telah dilalui Sirius B
kurang dari setengah usianya sekarang, sekitar 120 juta tahun yang lalu.
Bintang awalnya diperkirakan memiliki massa 5 massa matahari dengan kelas
spektrum B7V ketika berada di deret utama.
Ketika berada pada tahap raksasa merah, Sirius B boleh jadi
memperkaya metalisitas Sirius A. Inilah yang menjadi sebab kelimpahan logam
Sirius A lebih tinggi dari harga normal (metalisitas dikatakan normal jika sama
dengan harga yang dimiliki Matahari). Sirius A diperkirakan akan kehabisan
bahan bakar hidrogen di intinya dalam satu miliar tahun lagi. Setelah itu ia
akan menempuh tahap raksasa merah sebelum akhirnya akan menjadi katai putih
juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar